Senin, 01 Agustus 2011

The Memories bout Ramadhan

Benar kata banyak orang bahwa kita baru akan merasakan sebuah kehilangan, sebuah kerinduan ketika sesuatu itu hilang atau tidak kita rasakan lagi. Mungkin inilah yang sedang aku rasakan sekarang, aku merindukan ibu, bapak, beserta kakakku yang biasanya menyertaiku menjalani puasa wajib di bulan Ramadhan ini.

Kali ini adalah kali pertamaku puasa jauh dari mereka, dari ibu bapak. Kemarin ketika malam Ramadhan pertama tak terlalu kurasa adanya perbedaan karena kondisi yang membuatku tak bisa menjalani sholat tarawih dan mungkin karena itulah aku tak terlalu merasa perbedaan. Begitu pula tadi pagi saat sahur tiba, sedikit ada ganjalan di hati ketika kulihat hp.q bergetar dan kulihat nama ibu terpampang di layar telepon, humm.. biasanya akan kudengar teriakannya memanggilku untuk bangun sahur, bukan telepon ataupun sms seperti ini. Sepertinya kedua orang tuaq telah membangunkanku dari tadi karena kulihat ada 6 panggilan tak terjawab, begitu pula beberapa pesan yang berasala dari bapak, ibu, dan kekasihku. Keganjilan waktu itu berlalu begitu saja karena aku memang tak perlu menjalani sahur, lagipula aku segera ingat bahwa nanti pagi pukul delapan tepat aku harus mulai mengerjakan soal ujian manajemen yang yah belum terlalu ku mengerti. suasana di sini begitu berbeda, tak terlalu kurasa perbedaan antara datangnya Ramadhan mungkin karena memang sedang menjalani UAS. Keganjilan yang kurasa tadi berakhir sudah, kujalani hari-hariku seperti biasa dan aku pun berangkat ujian tanpa lupa meminta restu dari kedua orang tuaku walaupun hanya sekedar mengirimkan pesan singkat.

Alhamdulillah, ujian manajemen hari ini telah kulalui walaupun ada beberapa yang lupa tapi lancar lah dibandingkan dengan ujian sebelum ini seperti akuntansi maupun HKN kemarin. belum kurasa perbedaan yang berarti hingga sore ini menjelang. Kudengar sayup-sayup adzan ashar berkumandang dari masjid, beberapa orang berjalan berbondong menuju masjid untuk menjalankan sholat berjamaah, aku terduduk di kos menunggu antrian mandi. Saat itulah segala kenanganku mengenai bulan Ramadhan terbuka, kenangan indah yang penuh dengan pengalaman dan didikan baik dari orang tua maupun ustadz dan ustadzah serta sahabat-sahabat.

Aku teringat akan diriku yang masih kecil, masih menduduki bangku sekolah dasar ketika Ramadhan tiba aku selalu bahagia sekali melonjak kegirangan karena inilah waktuku berkumpul dengan keluarga, makan besar di meja makan besar di ruang keluarga kami dan inilah saat ku berkumpul dengan teman-teman, sahabat-sahabatku bertadarus berkeliling dari rumah satu ke rumah yang lain membacakan ayat-ayat Allah. Ketika itu sesaat sebelum adzan ashar terdengar di masjid maupun mushola atau langgar, aku akan bergegas untuk mandi dan bersiap diri, mengenakan baju muslimahku. Ketika adzan berkumandang aku segera melakukan sholat empat rakaat ashar, dan setelah usai kuambil tasku yang telah berisikan Al-Qur'an dan pamit ke kedua orang tuaku, aku berangkat bertadarus Al-Quran, biasnya dilakukan berkeliling oleh tempat ngajiku dari rumah seorang santriwan atau santriwati menuju rumah santriwan/santriwati yang lain. Setelah berpamitan aku pun segera melangkahkan kakiku menuju tempat bertadarus Al-Qur'an. Kadang kala aku berangkat sendiri kadang bersama teman-teman lainnya. Untuk tempat yang jauh biasanya kami berkumpul dulu di tempat kami mengaji lalu bersama-sama menuju rumah yang di maksud. Setibanya di rumah yang dimaksud satu persatu dari kami mulai melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an biasanya dimulai oleh ustadz kami. Lantunan ayat Al-Qur'an ini tak kan berhenti hingga adzan maghrib mulai terdengar, setelah membaca doa setelah membaca Al-Qur'an dipimpin oleh salah seorang ustadz bersama-sama kami membaca do'a berbuka puasa dan do'a sebelum makan. Ta'jil berupa es buah dan kue atau apapun itu pun segera kami lahap dengan semangat, bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan dan bersyukur karena puasa hari itu telah kami jalankan. Segera setelah menyantap ta'jil, minuman ataupun makanan pembuka itu pun segera dibersihkan karena kami akan menjalankan ibadah sholat maghrib berjama'ah. Setelah sholat ditunaikan kami duduk lagi teratur di tempat kami semula untuk makan makanan utama. setelah selesai semua menyantap makanan, majelis itupun di akhiri dengan doa dan membaca niat untuk puasa esok hari bersama-sama serta diumumkan di mana tempat tadarus esok hari. Setelah bersalaman dengan orang tua tempat santriwan/santriwati yang rumahnya ditempati, serta ustadz dan ustadzah, aku dan teman-temanku pun berhamburan menuju rumah kami masing-masing.

Itu tadi kisah bila aku sedang mengikuti tadarus bersama-sama dengan teman-temanku tempatku mengaji, hal tiu kulakukan hingga kurang lebih aku awal SMA. Bila tidak bertadarus, yang kulakukan setelah adzan ashar adalah rebutan nonton TV dengan bapakku sambil membantu ibuku menyiapkan buka kami. Humm,, sambil menulis ini terbayang wajah bapak ibukku, rasanya kangen sekali dengan beliau berdua. Biasanya ibukku mulai meyiapkan hidangan berbuka pukul empat atau setengah lima setelah sebelumnya atau paginya berbelanja bahan yang akan dimasak yang merupakan tugasku. Bila tidak membuat es buah atau kolak, kolak merupakan ta'jil favorit bapakku, sedangkan blewah serut adalah ta'jil favorit ibuku, biasanya dibuat teh anget tiga atau empat gelas, ini tugas utamaku, selalu dan selalu akulah yang membuat teh anget buat sekeluargaku ini. Cangkir terbesar dengan 2 sendok gula adah teh anget untuk bapakku seorang, dua cangkir berukuran sedang untukku, ibuku, dan kakakku. Ketika adzan maghrib akan berkumadang semua hidangan harus telah ditata di meja makan di ruang keluarga kami. Tugas utamaku lainnya selain membuat teh adalah menata piring sekaligus nasi untuk hidangan berbuka kami sekeluarga. Biasanya bapakku di piring putih dengan nasi paling banyak diantara kami sekeluarga sendok beserta garpu tak boleh lupa. Nasi terbanyak kedua adalah kakakku, di piring mana saja yang penting nasinya banyak, posisi makannya di sebelah bapak. Ibuku berikutnya, lalu akulah yang makan paling sedikit. Biasanya sebelum adzan berkumandang kami telah berkumpul di meja itu menonton tv sambil bercanda sekaligus menyiapkan untuk berbuka. Setelah adzan maghrib berkumandang kami sekeluarga segera menyantap hidangan yang telah di tata sebelumnya dan menunaikan ibadah sholat maghrib berjama'ah. Lagi-lagi inilah momen yang kusuka karena memang jarang terjadi, tidak seperti dulu ketika masih kecil dulu, keluargaku telah jarang menjalani sholat berjamaah sekeluarga, jadi ku sangat bahagia ketika ini bisa berlangsung kembali, selain kami juga dapat makan bersama satu meja secara bersama ini benar-benar hal langka jarang terjadi di keluargaku. Setelah menjalani sholat maghrib kami masih berkumpul-kumpul di ruang keluarga sambil menunggu adzan isya berkumandang.

Ini kisahku, curhatanku, memoriku mengenai Ramadhanku mengenai ngabuburit menunggu adzan maghrib hingga waktu berbuka..

Really miss you mom, dad.. Love you so much

Tidak ada komentar: